“Hai Dongker, kamu mau nggak saya bantu keluar dari tirani ‘punk’ Dongker?” begitu kata Jason Ranti saat dirinya pertama kali bertemu dengan band punk asal Bandung bernama Dongker.
Di penghujung bulan Agustus ini, dua energi kuat lintas genre serta lintas generasi, Jason Ranti dan Dongker, sepakat untuk menyatu melahirkan sebuah album berjudul I Don’t Know and I Dongker. Sebuah album kolaborasi yang memuat soal seni rupa, kegelisahan, dan romantisme atas Bandung.
“Album ini tidak wajib didengar tapi setidaknya keseharian kami terekam di sana.” pungkas Delpi Suhariyanto.
Di dalamnya, terdapat sembilan trek dengan total durasi 31 menit 6 detik. Enam lagu utama yang ditawarkan adalah “salah display” (2:27), “disarankan di bandung” (2:32), “aku bosan” (2:29), “kabur dari rumah” (3:24), “tang ting tung (tafsir gitar tunggal)” (1:23), dan “tang ting tung” (2:45). Selain itu, terdapat tiga bonus track yang melengkapi perjalanan album ini, yaitu versi akustik dari “disarankan di bandung” (2:57), “Selamat tidur” (2:48), serta penutup berdurasi panjang berjudul “konservasi konflik dan hal-hal yang lain (Reprise)” (10:18).
Bisa diibaratkan, album ini adalah perwujudan salah satu mimpi besar bagi Delpi Suhariyanto, Arno Zarror, dan Dzikrie Arethusa. Bagaimana tidak, semasa mereka kuliah seni rupa di Institut Teknologi Bandung, Jason Ranti telah menjadi sosok penting seperti yang kita kenal hari ini.
“Pertama kali melihat Jason Ranti itu pas aku masih kuliah. Waktu itu ada syuting film Koboy Kampus, dan aku kebetulan mengurus perizinan ruangan kampus buat dipakai syuting bersama Jason Ranti dan cast lainnya,” tambah Delpi.
Sejak saat itu, nama Jason Ranti menghiasi kehidupan Dongker, baik secara band maupun secara personal. Pemikiran Jason Ranti yang terpancar melalui sikap, lagu, serta lirik berhasil memberikan inspirasi kepada karya-karya Dongker. Bahkan, salah satu lagu Dongker berjudul “Merusak Kesenangan” menyebut nama Jason Ranti di bagian verse bertuliskan “Musik indie dan Jason Ranti.”
Kendati demikian, hal tersebut bukan berarti membuat Jason Ranti langsung menoleh kepada Dongker sejak awal kemunculannya atau pun saat “Bertaruh Pada Api” dirilis. Bagi pelantun lagu “Lagunya Begini, Nadanya Begitu”, Dongker masih asing di telinganya. Ia hanya tahu ketika berita kenakalan Dongker muncul di pemberitaan.
“Aku nggak tahu siapa itu Dongker. Cuman tahu kenakalan-kenakalan mereka saja selama ini (sambil tertawa),” kata Jason Ranti.
Bersatunya Jason Ranti dan Dongker melalui album kolaborasi ini mungkin terdengar membingungkan, khususnya kalau membayangkan genre yang masing-masing mereka bawa: Jason Ranti dengan folk dan gitar kopongnya, serta Dongker dengan tempo kencang dan penuh distorsi.
Namun, sepertinya sudut pandang seni rupa, kegelisahan, dan romantisme Bandung telah menyatukan keduanya. Semua ini bermula dari acara musik Tau Tau Festival Bandung yang memberikan kesempatan bagi Dongker untuk mengajak kolaborasi di atas panggung. Nama yang langsung terlintas saat itu adalah Jason Ranti.
Ketika Jason Ranti mengiyakan, persiapan pertunjukan mulai dilakukan keduanya. Gagasan atas banyak karya pun muncul. Semuanya terjadi di studio kecil di Bandung, saat mereka jamming bersama, dan berbagai karya spontan mulai tercipta dengan sangat natural.
“Wah, pas kita jamming bareng di studio, semuanya natural banget. Mas Jeje spontan sekali, tiba-tiba muncul aja nada, muncul aja lagu,” cerita Arno Zaror.
“Pengerjaan album ini berjalan dengan sangat lancar bareng Mas Jeje. Ada beberapa lagu yang liriknya ditulis langsung sama Mas Jeje, ada juga yang sama Delpi. Cerita yang menarik mungkin pas lagu ‘salah display’, Mas Jeje tiba-tiba aja nyanyi ‘Jim-Jim Supangkat’, dan abis itu langsung kita garap,” ujar Dzikrie Arethusa.
Hasil dari kespontanan tersebut tertuang dalam sembilan track yang dikerjakan bersama-sama. Ada yang dikerjakan di Bandung dan ada juga yang di Jakarta.
Salah satu fakta menarik selama proses pengerjaan album ini: Jason Ranti ternyata tidak hanya berhenti dari kebiasaan meminum alkohol, tetapi juga berhenti menggunakan gawai selama kurang lebih tiga tahun. Alhasil, jarak dan komunikasi cukup mempersulit, namun berkat bantuan istri Jason Ranti—yang sejak awal merasa bahwa Dongker adalah anak-anak muda yang sopan—album ini mampu rampung dalam kurun waktu dua bulan penuh.
Setiap pertemuan dimanfaatkan dengan baik oleh keduanya, bahkan hingga berjam-jam hanya di dalam studio, dari pagi hingga ketemu pagi kembali. Hal ini membuat mereka tidak hanya bersatu dalam urusan karya, tetapi juga secara hubungan personal, layaknya kakak-beradik.
“Aku kalau lagi bareng Dongker cukup sering ngobrol sama Dzikrie karena dia selalu bawa iPad sambil gambar. Jadi kadang suka ngobrol bareng soal gambar sama dia,” kata Jason Ranti.
Single berjudul “salah display” menjadi pembuka dari album kolaborasi mereka, yang lebih dulu dirilis pada 20 Juni 2025. Tidak berhenti di situ, Jason Ranti dan Dongker juga mengeksplorasi “salah display” lewat agenda seni rupa dengan menghadirkan instalasi seni sebagai bentuk apropriasi karya Ken Dedes (1975) milik Jim Supangkat.
Disusul pada 1 Agustus 2025, keduanya merilis single berikutnya, “aku bosan”, dengan latar suasana laundry yang ikonik. Bersamaan dengan itu, mereka juga memperkenalkan Allan Soebakir sebagai sutradara lewat kehadiran music video dari “aku bosan.”
Kini, album kolaborasi I Don’t Know and I Dongker telah rampung dan siap dirilis pada hari Jumat ini, 22 Agustus 2025 di seluruh kanal musik. Album ini juga akan tersedia dalam berbagai format fisik, mulai dari kaset yang diproduksi Greedy Dust Records, CD bersama Demajors, hingga vinyl yang akan dirilis oleh PHR Press. Tak berhenti di audio, rilisan ini juga diperkaya dengan enam music video (MV) yang masing-masing digarap oleh sutradara berbeda.
Sebagai perayaan lahirnya album ini, Jason Ranti dan Dongker juga menyiapkan rangkaian tur lintas kota, dari Jakarta, Bandung, hingga Medan, sebelum menyeberang ke Singapura dan Malaysia. Tak ketinggalan, keduanya juga akan tampil dalam penampilan spesial di Pestapora dan Synchronize Fest 2025.